Woman contactor laying bricks outside the home

DUA MACAM DASAR

0 Shares
0
0
0
Lukas 6:46 - "Mengapa kamu berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, padahal kamu
tidak melakukan apa yang Aku katakan?"

Boleh saja kita belajar dan menggali Firman Tuhan lebih banyak dan lebih dalam. Tidak ada salahnya jika kita sudah membaca Alkitab berkali-kali, banyak menghafal ayat-ayat Alkitab, atau mungkin mengambil sekolah teologia. Semua itu baik.

Namun, Lukas 6:46 mengatakan dengan sangat kuat, “Mengapa kamu tidak melakukan apa yang Aku katakan?” Kalimat ini bukan hanya sebuah saran, namun juga perintah. Kita tidak boleh hanya sekadar tahu, tetapi perlu melakukannya.

Kita perlu bergerak dari sekadar tahu kepada proses melakukannya—from knowing to doing. Kita perlu bergerak dari pengetahuan dan informasi kepada komitmen untuk berubah ke arah transformasi. Tidak hanya belajar, namun juga mengalaminya (experience).

Pengetahuan yang tidak diterapkan tidak akan membawa transformasi dalam kehidupan kita.

Iman itu tidak bisa dibangun hanya dengan pengetahuan, iman itu perlu dibangun dengan pengalaman.

Pengalaman ini akan memperkuat pondasi kehidupan kita.


Lukas 6:47 Setiap orang yang datang kepada-Ku dan mendengarkan perkataan-Ku serta melakukannya Aku akan menyatakan kepadamu dengan siapa ia dapat disamakan.

Lukas 6 : 48 ia sama dengan seorang yang mendirikan rumah: Orang itu menggali dalam-dalam dan meletakkan dasarnya di atas batu. Ketika datang air bah dan banjir melanda rumah itu, rumah itu tidak dapat digoyahkan, karena rumah itu kokoh dibangun.

Di ayat ini, Tuhan menggambarkan orang yang berproses dengan firman Tuhan seperti membangun rumah. Saya merenungkan ini dan mendapatkan paling tidak ada tiga tipe orang dalam membangun rumah:

1. Rumah yang dibangun tanpa dasar yang kuat. Ini adalah orang yang belajar Firman Tuhan sekadar untuk pengetahuan. Jika sudah tahu, mereka merasa sudah puas. Rasanya sudah paham dan mengerti dengan baik, apalagi jika bisa membagikan dengan indah di atas mimbar atau di tengah kerumunan orang. Rasanya sudah cukup.

2. Rumah yang dibangun dengan dasar yang cukup kuat. Ini adalah orang yang belajar kemudian melakukannya, namun dengan setengah hati. Bisa jadi karena tidak memiliki tujuan yang kuat dalam melakukan Firman Tuhan atau mungkin karena adanya luka emosi yang belum sembuh, serta gangguan dari pihak luar yang menekan. Apapun itu, hatinya tidak sungguh-sungguh mau membangun dasar rumah yang kuat.

3. Rumah dengan dasar yang terus diperkuat. Ini tentang orang yang belajar dan terus-menerus mau berproses. Orang ini tidak hidup tanpa masalah; masih banyak hal yang perlu diselesaikan. Namun, matanya tertuju pada transformasi diri yang utuh, menjadi versi terbaik yang Tuhan inginkan.

Ketiga jenis rumah yang disebutkan di atas, sekilas, akan terlihat indah dan kuat. Namun, sama seperti kualitas kekuatan sebuah rumah, kekuatan iman dalam kehidupan akan terlihat saat ujian tiba.

Lukas 6 : 48 ia sama dengan seorang yang mendirikan rumah: Orang itu menggali dalam-dalam dan meletakkan dasarnya di atas batu. Ketika datang air bah dan banjir melanda rumah itu, rumah itu tidak dapat digoyahkan, karena rumah itu kokoh dibangun.

Pada saat tidak ada ujian, semua rumah mungkin terlihat sama kokohnya. Tetapi, ketika badai datang, akan terlihat mana yang memiliki dasar dan mana yang tidak

Iman tidak bisa dibangun berdasarkan pengetahuan saja. Iman perlu dibangun berdasarkan pengetahuan yang diproses dalam kehidupan. Itu sebabnya kita tidak bisa meminjamkan iman kita kepada siapapun. Orang tua yang ingin anak-anaknya memiliki iman yang kuat perlu mengajarkannya siang dan malam serta membiarkan mereka masuk ke dalam proses pengalaman imannya sendiri.

Pengalaman iman ini akan menjadi sesuatu yang kuat, yang akan terus mengingatkan kita pada potongan-potongan cerita dalam kehidupan kita—bagaimana Tuhan begitu peduli, mengasihi, melengkapi, menuntun, dan hadir dalam setiap waktu dalam hidup kita.

Kita tidak hanya hidup dalam teori, tetapi juga dalam pengalaman nyata yang bisa dibagikan. Keduanya akan tampak berbeda: teori akan memberikan pengetahuan, tetapi pengalaman iman akan melahirkan iman.

Lukas 6 : 49 kan tetapi barangsiapa mendengar perkataan-Ku, tetapi tidak melakukannya, ia sama dengan seorang yang mendirikan rumah di atas tanah tanpa dasar. Ketika banjir melanda nya, rumah itu segera rubuh dan hebatlah kerusakannya."

Rumah yang dibangun tanpa dasar akan terlihat baik di awal, tetapi akan rubuh saat diberikan ujian. Hidupi apa yang kita pelajari, maka itu akan menjadi sesuatu yang sangat kuat dalam kehidupan kita. Jangan berhenti; teruslah masuk ke dalam pengalaman iman kita bersama Tuhan, maka kita akan disebut orang-orang yang berbahagia.

By : Lukito Sutanto

0 Shares
Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You May Also Like

SERUNYA MENJADI DEWASA

Kedewasaan Kedewasaan adalah konsep yang kompleks dan seringkali sulit untuk diartikan secara pasti karena mencakup berbagai aspek rohani,…

Dari Kecil Hingga Besar

DARI KECIL HINGGA BESAR Kesetiaan bukanlah sekedar kata, melainkan sebuah keberanian untuk komitmen dan konsistensi. Kesetiaan di zaman…

WHY DO YOU NEED A MENTOR?

Tiga Proses Mentoring 1. Dependence with Mentors (Bergantung pada Mentor) Belajar Dekat dengan Mentor Keluaran 24:13 - "Lalu berangkatlah…

KEKUATAN KOMUNITAS

Baca : Lukas 1:5-25 Ayat 39 Beberapa waktu kemudian berangkatlah Maria dan langsung berjalan ke pegunungan menuju sebuah…